Selamat Tinggal Ayah (Korban Tabrak Xenia ke 9 pejalan kaki di Jalan Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat pada Ahad (22/1/2012))

Ayah
terimakasih telah mengajakku ke Monas
aku belum pernah lihat Monas
senang sekali hatiku diajak ayah melihat Monas

Pagi itu aku digendong ibu

kita jalan bersama ayah, nenek dan bibi
pagi yang indah
cuaca pun cerah
kita berjalan bersama menuju Monas



Kita semua bahagia
jarang sekali kita bisa jalan-jalan seperti ini
ayah sibuk mencari nafkah
aku sudah lama rindu ayah


Ayah
tiba-tiba kita lihat mobil hitam itu
melayang dari depan
menggelinding menimpa kakak-kakak itu
lalu menimpa kita semua
aku pun terpental
terlepas dari pelukan ibu


Ayah
maafkan aku mendahuluimu
aku masih sangat ingin bersamamu
ingin bermain denganmu
ingin berlama-lama dalam pelukanmu
tapi Allah lebih menyayangiku
Allah menginginkanku pulang...

Ayah
terimakasih sudah berusaha keras menyelamatkanku
terimakasih sudah mencoba memberiku minum
terimakasih sudah memelukku dan menciumku
aku sayang ayah sampai kapanpun

Ayah
kita akan berjumpa kembali di alam yang jauh lebih baik daripada alam dunia
 

Sebongkah Untaian Cinta dikala Senja - w/ex (Vila Randita)

Ku tulis coretanmu dalam dunia kecilku, di CoRetan Kecilku.
Teerima kasih atas cerita tentang kita yang kau bukukan.
Ku buat ini kenangan manis untukku, cerita yang takkan pernah hilang..
Cintamu Sungguh Luar Biasa Vila Randita :-).


Ceritamu.....


Sudah beberapa bulan sejak peristiwa itu, namun ingatanku masih begitu kuat tentangmu. Masih tersulut tawa renyahmu, masih kuingat caramu mengungkapkan rasa, dan masih begitu lekat suaramu menggelitik gendang telingaku. Dulu, aku  dan kamu sempat menjadi kita, kita yang saling menyatukan rasa. Sosokmu penuh tanya, memaksaku untuk terus mencari jawabannya. Inikah yang disebut cinta? Selalu butuh Tanya dan jawaban.

Jarak antara dua kota yang saling berjauhan memang masih setia membusungkan dada, menyombongkan diri atas prestasi yang ia tekuni, memisahkan dua orang yang saling mencintai, menjauhkan dua insan yang masih saling berbagi rindu. Jarak memang tak selalu mampu kita lewati, sehingga kita berkencan dengan waktu dan orang-orang menatapnya penuh Tanya. Aku dan kamu menelan rindu diam-diam. Kita juga tak bisa berbuat apa-apa, ketika jarak memang mempunyai hak untuk menjauhkan.

Aku sempat jatuh cinta dengan banyak hal yang kamu perlihatkan padaku. Aku terperangkap hening dalam angan yang mengurai segala tentangmu. Aneh memang, tapi begitu yang kurasa. Tanpa kata, tanpa praduga, masih ada bahagia yang menyentuh lemah dibatas lelahku. Apalagi yang bisa kureka-reka kala itu selain bahagia bersamamu? Menikmati setiap inti jejak rindu yang hadir. Begitu sederhana tapi bermakna.

Semua mengalir begitu indah, hingga pada sewaktu-waktu keegoisan, keangkuhan, menyerang kita secara perlahan. Beberapa saat kemudian, kita berseteru. Percakapan yang mengalir lewat handphone, mata berkaca, tanpa kita ketahui. Begitu lembut, begitu tulus.

Aku masih ingat usaha kerasmu untuk menguatkan langkah kita, agar tak ada yang merasa tersakiti ditengah jalan. Seandainya tak ada jarak, mungkin kita masih bisa saling menguatkan. Tapi, apalah daya yang kaupunya dan kupunya? Kita hanyalah dua manusia angkuh yang nekat meawan arus perbedaan. Aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk berkenalan bukan untuk menjadi pasangan kekasih Tuhan.

Rindumu dan rinduku tak lagi saling menyapa. Aku dan kamu tak mungkin bisa seperti dulu, semua berbeda, semua berubah. Aku dan kamu tak mungkin lagi menjadi kita, karena disana mungkin kau telah bersama pilihanmu, dan disini aku telah bersama pilihanku.

Kutahu kau begitu mencintai senja dan kilau lembutnya. Kutahu kau sempat memimpikan bisa melihat senja bersamaku, bersama anak-anak kita. Tak sempat kulihat wajah anak-anak kita, karena perpisahan tergesa-gesa menjalankan tugasnya, untuk membuat aku dan kamu seakan-akan tak pernah saling mengenal.

Maaf, karena aku tak mampu member keindahan dalam hidupmu. Maaf, karena aku tak bisa menggambarkan senja di bola matamu. Maaf, karena kubiarkan kamu memasuki hidupku. Harusnya kuakhiri segalanya, ketika kubiarkan kau masuki hidupku. Jadi, takkan pernah ada kita dalam dongeng sebelum tidur ataupun dalam sejarah yang tak dibukukan.

*2009-2010-2011* ponselmu dan ponselku jadi saksi, dua hati menjadi satu, melebur dalam perbedaan. Untukmu, seseorang yang sempat menjadi senja dan malamku, seseorang yang menjadi teman begadangku, si mata sipit yang pernah menjelma menjadi tangis dan tawaku..

Note : aku tak pernah menyesal ketika Tuhan memperkenalkan kamu dan aku, membuat cinta kamu dan aku menjadi satu, bahkan saat kamu dan aku harus melewati saat-saat yang berat sekalipun. Itu akan menjadi sebuah coretan kecil kehidupan remajaku yang sangat bermakna.

Setidaknya
Sampai saat ini
Tak ada yang berubah
Aku masih saja memperhatikanmu
mengirimkan do'a-do'a manis untukmu
Diam-diam
Dibalik tangan Tuhan
Yang tak tersentuh..

With love,
Vila Randita